Perkembangan Dunia Desain dari Masa ke Masa

Perkembangan 20Dunia 20Desain 20dari 20Masa 20ke 20Masa

Desain adalah salah satu bentuk ekspresi manusia yang telah ada sejak zaman dahulu. Desain tidak hanya berfungsi sebagai hiasan atau dekorasi, tetapi juga sebagai sarana komunikasi dan penyebaran informasi. Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana perkembangan dunia desain dari masa ke masa, mulai dari abad ke-15 hingga abad ke-21.

1. Abad ke-15: Awal Mula Desain Grafis

Pada abad ke-15, terjadi revolusi dalam bidang percetakan, yaitu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Mesin cetak ini memungkinkan produksi buku secara massal dan murah, sehingga meningkatkan akses masyarakat terhadap pengetahuan dan ilmu. Mesin cetak juga membuka peluang bagi para seniman untuk menciptakan desain huruf, ilustrasi, dan layout yang menarik dan bervariasi. Salah satu contoh karya desain grafis pada masa ini adalah buku Gutenberg Bible, yang dicetak pada tahun 1455.

Buku Gutenberg Bible merupakan salah satu buku pertama yang dicetak dengan teknik movable type, yaitu menggunakan huruf-huruf logam yang dapat dipindah-pindah sesuai dengan kebutuhan. Buku ini berisi teks Alkitab dalam bahasa Latin, yang diambil dari Vulgata, versi Alkitab yang diterjemahkan oleh St. Jerome pada abad ke-4. Buku ini terdiri dari dua volume, yang masing-masing memiliki sekitar 1.200 halaman.

Gaya desain buku Gutenberg Bible menunjukkan pengaruh dari seni manuskrip abad pertengahan, terutama dari gaya Gothic. Huruf-huruf yang digunakan memiliki bentuk yang tegas dan geometris, dengan garis-garis yang tipis dan tebal. Ilustrasi-ilustrasi yang menghiasi buku ini berupa gambar-gambar hiasan pinggir (border), inisial (initial), dan miniatur (miniature), yang biasanya dibuat dengan tangan oleh para seniman setelah proses percetakan selesai. Warna-warna yang dominan adalah merah, biru, hijau, dan emas.

Layout buku Gutenberg Bible juga mengikuti pola-pola yang sudah ada sebelumnya dalam seni manuskrip. Teks ditulis dalam dua kolom pada setiap halaman, dengan margin yang cukup lebar di sekelilingnya. Ilustrasi-ilustrasi ditempatkan di bagian atas, bawah, atau samping teks, atau di antara dua kolom teks. Beberapa halaman memiliki ilustrasi penuh halaman (full-page) yang menampilkan adegan-adegan penting dari kisah Alkitab.

Buku Gutenberg Bible menjadi salah satu karya desain yang paling berpengaruh dalam sejarah. Buku ini menunjukkan kemampuan mesin cetak untuk menghasilkan karya-karya berkualitas tinggi dan artistik, sekaligus mempertahankan tradisi-tradisi seni manuskrip yang sudah ada sebelumnya. Buku ini juga menjadi inspirasi bagi para desainer grafis selanjutnya untuk terus bereksperimen dengan huruf, ilustrasi, dan layout dalam menciptakan karya-karya yang menarik dan informatif.

2. Abad ke-19: Munculnya Art Nouveau

Pada abad ke-19, terjadi perkembangan industri dan teknologi yang berdampak pada bidang desain. Desain grafis mulai digunakan untuk berbagai keperluan komersial, seperti iklan, poster, label, kemasan, dan lain-lain. Salah satu gaya desain yang populer pada masa ini adalah Art Nouveau, yang dicirikan oleh penggunaan bentuk-bentuk alam yang mengalir, warna-warna cerah, dan tipografi yang artistik. Art Nouveau banyak dipengaruhi oleh budaya Jepang, terutama seni ukir kayu. Contoh karya desain grafis dengan gaya Art Nouveau adalah poster Moulin Rouge karya Henri de Toulouse-Lautrec pada tahun 1891.

Art Nouveau lahir sebagai reaksi terhadap gaya desain yang dianggap terlalu kaku dan formal, seperti Victoria dan Neoklasik. Art Nouveau ingin menunjukkan keindahan alam dan ekspresi artistik yang bebas. Gaya ini juga berkembang seiring dengan munculnya gerakan sosial dan politik yang menuntut kesetaraan dan kebebasan. Art Nouveau juga mencerminkan semangat zaman baru yang optimis dan dinamis.

2.1 Beberapa ciri khas yang dimiliki oleh Art Nouveau, yaitu:

  1. Bentuk-bentuk alam yang mengalir, seperti bunga, daun, akar, cabang, dan lain-lain. Bentuk-bentuk ini sering digunakan sebagai hiasan latar belakang atau bingkai.
  2. Warna-warna cerah dan kontras, seperti merah, kuning, hijau, biru, ungu, dan lain-lain. Warna-warna ini memberikan kesan hidup dan ceria pada desain.
  3. Tipografi yang artistik dan unik, seperti huruf-huruf bergelombang, melengkung, atau berputar. Tipografi ini sering menyatu dengan elemen-elemen lain dalam desain.
  4. Pengaruh budaya Jepang, seperti motif-motif bunga sakura, kipas, naga, dan lain-lain. Pengaruh ini muncul karena adanya perdagangan antara Eropa dan Jepang pada akhir abad ke-19.

Art Nouveau memiliki pengaruh besar pada bidang desain grafis dan desain arsitektur. Beberapa contoh bangunan dengan gaya Art Nouveau adalah Casa Batlló di Barcelona karya Antoni Gaudí, Stasiun Kereta Api Paris Metro karya Hector Guimard, dan Hotel Tassel di Brussels karya Victor Horta. Art Nouveau juga mempengaruhi gaya desain lain yang muncul kemudian, seperti Art Deco dan Modernisme.

3. Abad ke-20: Berkembangnya Modernisme

Abad ke-20 merupakan era yang penuh dengan inovasi dan revolusi dalam bidang desain. Banyak gerakan seni dan desain yang muncul dan berkembang pada masa ini, yang menantang konvensi dan menciptakan gaya-gaya baru yang mencerminkan zaman saat itu. Beberapa gerakan modernis yang paling berpengaruh adalah Bauhaus, Futurisme, Kubisme, Dadaisme, Surrealisme, dan lain-lain. Mereka memiliki ciri khas masing-masing, tetapi secara umum mereka berusaha untuk menyederhanakan bentuk, meningkatkan fungsi, dan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru dengan menggunakan teknologi yang ada.

Dunia desain grafis juga mengalami perkembangan pesat pada abad ke-20, terutama dengan kemajuan fotografi, film, dan komputer. Desainer grafis mulai menggunakan media-media ini untuk membuat karya-karya yang lebih menarik, informatif, dan persuasif. Salah satu desainer yang paling terkenal pada masa ini adalah A.M. Cassandre, yang dikenal dengan poster-poster bergaya Art Deco yang ia buat. Poster-poster ini memiliki komposisi yang geometris dan dinamis, dengan warna-warna kontras dan tipografi yang tegas. Cassandre berhasil menggabungkan unsur-unsur modernis dengan estetika Art Deco yang populer pada saat itu.

Beberapa gerakan modernis yang berpengaruh pada abad ke-20, serta contoh-contoh karya desain grafis yang dihasilkan oleh para desainer grafis modernis. Kita juga akan melihat bagaimana gerakan-gerakan ini mempengaruhi perkembangan desain grafis hingga saat ini.

3.1 Bauhaus: Menggabungkan Seni dan Teknologi

Bauhaus adalah sekolah seni dan desain yang didirikan di Jerman pada tahun 1919 oleh Walter Gropius. Sekolah seni ini memiliki visi untuk menyatukan seni dan teknologi dalam sebuah kesatuan yang harmonis. Selain itu sekolah ini juga mengajarkan berbagai disiplin ilmu, seperti arsitektur, seni rupa, fotografi, tipografi, keramik, dan lain-lain. Serta juga mengembangkan prinsip-prinsip dasar desain yang meliputi kesederhanaan, geometri, fungsionalitas, dan tipografi sans-serif.

Salah satu contoh karya desain grafis yang mewakili gaya Bauhaus adalah poster untuk pameran Bauhaus di Weimar pada tahun 1923 oleh Joost Schmidt. Poster ini menggunakan bentuk-bentuk geometris sederhana yang disusun secara asimetris untuk menciptakan komposisi yang dinamis dan seimbang. Poster ini juga menggunakan warna-warna primer yang kontras untuk menarik perhatian. Tipografi sans-serif yang digunakan juga sesuai dengan prinsip Bauhaus yang mengutamakan keterbacaan dan keseragaman.

Poster for the Bauhaus Exhibition in Weimar 1923 by Joost Schmidt
Poster for the Bauhaus Exhibition in Weimar 1923 by Joost Schmidt

3.2 Futurisme: Teknologi dan Kecepatan

Futurisme adalah gerakan seni dan desain yang berasal dari Italia pada awal abad ke-20. Futurisme dipelopori oleh Filippo Tommaso Marinetti, seorang penyair dan pengarang manifesto futuris. Futurisme mengagungkan kecepatan, teknologi, mesin, perang, dan kemajuan. Futurisme juga menolak tradisi dan nilai-nilai lama yang dianggap menghambat perkembangan manusia.

Salah satu contoh karya desain yang mewakili gaya futuris adalah poster untuk film L’Inferno (1911) oleh Fortunato Depero. Poster ini menggunakan teknik kolase untuk menyatukan gambar-gambar dari film dengan elemen-elemen tipografi yang bergerak dan berbentuk seperti mesin. Poster ini menciptakan kesan dinamis, dramatis, dan futuristik.

Poster by Fortunato Depero
Poster by Fortunato Depero

3.3 Kubisme: Mengubah Realitas menjadi Bentuk-Bentuk Abstrak

Kubisme adalah gerakan seni dan desain yang berasal dari Prancis pada awal abad ke-20. Kubisme dipelopori oleh Pablo Picasso dan Georges Braque, dua seniman yang bereksperimen dengan cara melukis objek dari berbagai sudut pandang sekaligus. Kubisme mengubah realitas menjadi bentuk-bentuk geometris abstrak yang saling tumpang tindih dan berpotongan.

Salah satu contoh karya desain grafis yang mewakili gaya kubis adalah poster untuk pameran Salon d’Automne (1912) oleh Albert Gleizes. Poster ini menggunakan teknik kubis untuk menggambarkan wajah seorang wanita dengan bentuk-bentuk segi empat dan segitiga yang berwarna-warni. Poster ini juga menggunakan tipografi sans-serif yang sederhana dan sejajar dengan garis-garis geometris.

Poster by Albert Gleizes
Poster by Albert Gleizes

Modernisme tidak hanya terbatas pada bidang desain grafis, tetapi juga mencakup arsitektur, seni rupa, fotografi, film, musik, sastra, dan lain-lain. Modernisme memiliki dampak yang besar pada perkembangan budaya dan sosial di abad ke-20. Modernisme juga menginspirasi banyak gerakan seni dan desain yang muncul di abad ke-21, seperti Postmodernisme, Minimalisme, Pop Art, dan lain-lain.

4. Abad ke-21: Era Digital

Pada abad ke-21, dunia desain semakin maju dan kompleks dengan adanya internet, media sosial, dan teknologi digital lainnya. Desain grafis tidak hanya terbatas pada media cetak, tetapi juga media elektronik, seperti website, aplikasi, game, animasi, dan lain-lain. Desainer grafis harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar yang terus berubah. Salah satu tren desain pada masa ini adalah flat design, yang mengutamakan kesederhanaan, minimalisme, dan warna-warna cerah.

Flat design merupakan gaya desain yang menghilangkan efek tiga dimensi, seperti bayangan, gradien, tekstur, dan elemen dekoratif lainnya. Flat design hanya menggunakan bentuk-bentuk geometris yang sederhana, tipografi yang jelas, dan warna-warna solid yang kontras. Flat design bermula dari gerakan Swiss Style atau International Typographic Style pada tahun 1950-an, yang menekankan pada fungsi daripada bentuk. Gaya desain ini juga dipengaruhi oleh gerakan Bauhaus dan De Stijl, yang mengusung prinsip-prinsip desain modern.

Flat design memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan gaya desain lainnya. Pertama, flat design lebih mudah dibaca dan dipahami oleh pengguna, karena tidak ada elemen yang mengganggu atau membingungkan. Kedua, flat design lebih ringan dan cepat dimuat oleh perangkat digital, karena tidak memerlukan banyak sumber daya atau bandwidth. Ketiga, flat design lebih fleksibel dan responsif untuk berbagai ukuran layar dan resolusi, karena tidak bergantung pada detail-detail kecil.

Namun, flat design juga memiliki beberapa tantangan dan kekurangan. Pertama, flat design bisa terlihat monoton dan membosankan jika tidak ditata dengan baik. Desainer harus bisa menggunakan warna-warna yang sesuai dengan tema dan suasana yang ingin disampaikan. Kedua, flat design bisa menyulitkan pengguna untuk membedakan antara elemen-elemen yang interaktif dan yang tidak. Desainer harus bisa memberikan petunjuk visual atau feedback yang cukup untuk pengguna. Ketiga, flat design bisa mengurangi kreativitas dan orisinalitas desainer, karena terlalu mengikuti tren yang ada.

Oleh karena itu, flat design bukanlah gaya desain yang sempurna atau mutlak, melainkan salah satu pilihan desain yang bisa digunakan sesuai dengan konteks dan tujuan komunikasi visual. Desainer harus bisa menilai kapan flat design cocok digunakan dan kapan tidak. Desainer juga harus bisa mengembangkan gaya desain mereka sendiri yang unik dan menarik.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *